Hilangnya Harun Masiku & Dipenjarakannya Habib Rizieq Tunjukkan Hukum Milik Rezim Jokowi-Maruf
ILUSTRASI: Jokowi-Ma'ruf Amin . Pemerintahan baru Jokowi-Ma'ruf Amin perlu mempertahankan dan meningkatkan sejumlah aspek dalam hal hubungan internasional Indonesia (Budiono/Jawa Pos) |
GoBeritaGo, (JAKARTA) – Buronnya mantan Caleg PDI Perjuangan, Harun Masiku hingga dipenjarakannya Habib Rizieq Shihab dianggap sebagai tanda bahwa hukum dan keadilan merupakan milik rezim Joko Widodo-Maruf Amin.
Hal itu merupakan
catatan dari Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi bertepatan dengan dua
tahun kepemimpinan Jokowi-Maruf sejak dilantik sebagai Presiden dan Wakil
Presiden pada 20 Oktober 2019 lalu.
"Hari ini, dua
tahun genap kekuasaan Joko Widodo-Maruf Amin sejak dilantik sebagai Presiden
dan Wakil Presiden 2019, dari hasil Pilpres yang banyak diragukan banyak orang
kejujuran dan kebenarannya," ujar Muslim kepada Kantor Berita Politik
RMOL, Rabu (20/10), dikutip GoBeritaGo, Kamis (21/10/2021).
Karena kata Muslim,
keraguan publik dan sejumlah kalangan atas hasil Pilpres 2019 dapat dilihat dari
raibnya Harun Masiku yang merupakan kader PDIP yang diduga terlibat kasus
dengan Wahyu Setiawan saat menjabat sebagai Komisioner KPU RI yang ditangani
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Sampai detik
ini, tidak ditangkapnya Harun Masiku, publik anggap dan duga ini terkait
misteri kemenangan Pilpres 2019 oleh Jokowi-Maruf," kata Muslim.
Selanjutnya kata
Muslim, hari ini pun publik menyaksikan ketidakadilan hukum terhadap kasus
dugaan pelanggaran protokol kesehatan (prokes) Covid-19 dan kebohongan yang
menjerat Habib Rizieq Shihab hingga mendekam di penjara.
Bahkan, organisasinya
pun yakni Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan oleh rezim Jokowi-Maruf dengan
alasan yang tidak jelas.
"Padahal publik
sangat tahu, kalau dugaan pelanggaran prokes dan kebohongan yang dituduhkan
terhadap HRS itu dilakukan juga oleh Jokowi dan kawan-kawannya atas sejumlah
kerumunan diberbagai tempat dan kebohongan yang dilakukan atas 66 janji politik
bahkan lebih yang sudah di ketahui luas oleh publik, bukan?" kata Muslim.
Padahal sambung
Muslim, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2015 lalu saat dipimpin Maruf Amin
telah mengeluarkan fatwa agar tidak mentaati pemimpin yang ingkar janji.
"Publik rekam
ada 66 janji. Saat ini sudah 7 tahun janji-janji itu tidak pernah ditunaikan
oleh Joko Widodo," terang Muslim.
Muslim pun juga
menyayangkan, hari ini Maruf Amin yang sempat mengeluarkan fatwa tersebut juga
menjadi bagian pemimpin yang ingkar janji terhadap janji-janji politik pada
2019 lalu.
Dengan demikian,
Muslim berpendapat, dua tahun yang telah berlalu ini memperlihatkan bahwa hukum
dan keadilan sangat melukai nurani bangsa.
Muslim yakin,
kepongahan dan kesombongan kekuasaan atas ketidakadilan pasti mendapat balasan
yang setimpal. Karena, Fir'aun pada zaman dahulu serta bala tentaranya akhirnya
hancur meski dengan segala kesombongan berkuasa sebagai penindas.
Leave Comments
Post a Comment