Megawati Usul Ajaran Soekarno Masuk Kurikulum, Ridwan Saidi: Dia Sendiri Kagak Pernah Sebut Marhaen
Ridwan
Saidi menyindir Megawati Soekarnoputri yang usul ajaran Soekarno masuk
kurikulum pembelajaran sekolah. /Foto: Tangkapan layar YouTube Refly Harun/
GoBeritaGo – Budayawan Betawi, Ridwan Saidi, menyindir usulan Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri untuk memasukkan ajaran-ajaran Presiden pertama RI, Soekarno ke dalam kurikulum pembelajaran sekolah.
Ridwan Saidi
mengungkapkan, Megawati yang sudah puluhan tahun memimpin partai politik
(parpol) tidak pernah menyebut ajaran Soekarno tentang Marhaenisme.
Ridwan Saidi malah
heran dengan Megawati yang mengusulkan agar anak-anak sekolah menyebut
Marhaenisme.
Hal itu disampaikan
Ridwan Saidi saat menjadi bintang tamu di kanal YouTube Refly Harun dengan
judul 'Bung Karno Tak Mau Bubarkan PKI! Ridwan Saidi: Dia yang Rehabilitasi
Tahun 1952!' pada Minggu, 26 September 2021.
"Dia aja udah
puluhan tahun nggak nyebut Marhaenisme. Kok sekarang disuruh anak-anak nyebut
Marhaenisme? Dia dulu dong sebut," kata Ridwan, dikutip SeputarTangsel.Com
dari kanal YouTube Refly Harun, Senin, 27 September 2021.
Menurut Budayawan
Betawi itu, Megawati setiap kali berpidato tidak pernah memulai dengan menyebut
Marhaen, melainkan dengan banteng.
Ridwan mengatakan hal
tersebut berbeda dengan orang-orang di Partai Nasional Indonesia (PNI) zaman
dulu yang kerap memulai pidatonya dengan menyebut 'Hidup Marhaen!'.
"Dia mulai
dengan banteng, banteng. Kan begitu, dia mulai pidatonya begitu, bukan hidup
Marhaen kaya orang PNI dulu. Kok dia nyuruh orang belajar Marhaen dia sendiri
kagak pernah sebut puluhan tahun," ucapnya.
Lebih lanjut, Ridwan
mempertanyakan jenjang pendidikan yang akan dimasukkan ajaran Soekarno tentang
Marhaenisme.
Menurutnya, tidak
hanya ajaran Soekarno saja yang harus dimasukkan, melainkan ajaran tokoh-tokoh
nasional lainnya, seperti Mohammad Hatta, Tan Malaka, M. Natsir.
Namun, dia menilai
pemikiran-pemikiran tokoh politik tersebut hanya cocok diajarkan di tingkat
pendidikan tinggi, khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
"Ini diajarkan
di mana? di SMA SLTA atau di mana, kalo di universitas di fakultas apa? Ya saya
kira fakultas sospol, silahkan saja diajarkan, pemikiran-pemikiran politik
Indonesia," ujarnya.
"Jadi, bukan dia
(Soekarno) saja, tapi Mohammad Hatta, Tan Malaka, Natsir. Di SMA belum pas,
jadi harus lebih spesifik lah kalo mau usul, jangan umum begitu kan,"
tambahnya.
Sebelumnya
diberitakan, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengusulkan kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk memasukkan ajaran-ajaran
Soekarno dalam kurikulum pembelajaran sekolah.
Hal itu diusulkan
oleh Megawati saat dirinya menjadi pembicara dalam acara Webinar Pembukaan
Pameran Daring dan Dialog Sejarah, Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Selasa,
24 November 2020.
"Alangkah
sayangnya, dari pikiran-pikiran yang telah diserah oleh Bung Karno, yang
seharusnya kalau menurut saya Pak Nadiem, itu harus jadi salah satu
kurikulum," usul Megawati.***
Sumber: https://www.babe.news/a/7012439084878529025?
Leave Comments
Post a Comment